drama ini berjumlah 13 pemain. oke check this out ;)
Naskah Drama
IX.C
Kelompok 1
Nama Pemeran/pelaku cerita:
Adinda Salsabila sebagai Ara
Derra Fitria sebagai Narator
Ghizella Ayu Nianda sebagai Pinang
Gian Dwi Agustiawan sebagai Kepala suku Kabbi
Indah Lestari sebagai
Jingga
Marindia Wulandari sebagai
Priba
Mefta Citra Ayu sebagai
Hasa
Mitha Dwi Ramadhini sebagai
Inai
M. Fadhli sebagai Anja
M. Reyhan Amanda sebagai
Birah
M. Taufik Rahman sebagai
Harun
Renza Fibiantika sebagai
Kepala suku Meiro
Yogi Setiawan sebagai
Burhan
Suku Meiro :
Kepala suku Meiro,
Priba, Hasa, Ara, Inai, Jingga, dan Pinang.
Suku Kabbi :
Kepala suku Kabbi, Birah, Burhan, Anja, dan Harun.
Kepala suku Kabbi, Birah, Burhan, Anja, dan Harun.
Pahit Dahulu Manis Kemudian
Di
sebuah pulau kecil, hiduplah dua kelompok suku. Yakni, suku Meiro dan suku
Kabbi. Akan tetapi, kedua suku tersebut tak pernah menjalin hubungan yang
harmonis, kerukunan menjadi suatu hal yang sulit untuk diwujudkan. Suku Kabbi
selalu iri akan kemakmuran dan kesejahteraan suku Meiro. Karena itulah suku
Kabbi selalu berusaha untuk menghancurkan Suku Meiro.
Pada suatu siang, terjadilah
percakapan kecil diantara suku Kabbi.
Kepala
Suku Kabbi : Lama kelamaan suku kita
semakin sengsara, sedangkan suku Meiro semakin makmur dan sejahtera.
(menampakkan ekspresi iri dan muak)
Burhan : Kita harus
melakukan sesuatu kepala suku! (tersenyum licik)
Birah : Kita harus
menyerang suku Meiro, secepat mungkin bahkan bila perlu sekarang juga kita
menyerang mereka.(sambil menepuk sebelah tangan dikepal)
Anja : Ayo kita
siapkan semua senjata untuk menyerang mereka! (mengajak semuanya)
Harun : Jangan! Sebaiknya
jangan kita lakukan. Itu perbuatan yang tercela. (Berusaha mencegah)
Kepala
Suku Kabbi : Sudahlah! Jangan
dengarkan dia, kita harus tetap melakukan penyerangan terhadap suku Meiro.
Suku Kabbi pun mulai mempersiapkan
segala sesuatu untuk menyerang suku Meiro. Akan tetapi, ternyata pembicaraan
suku Kabbi diam-diam di dengar oleh salah satu anggota suku Meiro.
Kemudian, terjadilah pula percakapan
diantara suku Meiro. Diawali dengan teriakan seseorang dari kejauhan.
Hasa : Pribaaa! Araa! Inaai!
(memanggil dari kejauhan sambil berlari dan melambaikan tangan)
Priba,
Ara, dan Inai : Kenaapa??? (Dengan
wajah bingung sambil meraut potongan bambu)
Hasa : Karenaa..
Susunya tiga kali le… ah sudah sudah! Ini bukan waktunya untuk bercanda. Kalian
sedang apa?! Di saat genting seperti ini kalian malah bergelut dengan bambu.
Priba : Memangnya ada
apa Hasa? Apakah terjadi sesuatu???
Hasa : Aku dengar, suku
Kabbi akan menyerang kita! (berwajah serius)
Ara : Apaaaa???!!!
(langsung berdiri dari duduknya)
Inai : Kenapa bisa
seperti itu?! Apa kita pernah mengusik mereka??? (bingung dan masih tidak
percaya)
Hasa : Aku tidak tahu.
Sebaiknya kita panggil dan beritahu Kepala Suku.
Priba,
Hasa, Ara, Inai : Keepaalaa Suukuuu…
Keepaalaa Sukuuu…
Tak lama kemudian, Kepala suku datang
bersama Jingga dan Pinang.
Kepala Suku : Ada apa kalian
mremanggilku???
Jingga : Apakah terjadi
sesuatu, kenapa wajah kalian semua ketakutan? (merasa heran sambil menggaruk
tengkuk lehar)
Pinang : Apa ada kabar yang
tidak mengenakkan?
Hasa : Ada kabar buruk.
Kami dengar suku Kabbi akan menyerang kita semua.
Pinang : Apa?! Jadi kita
harus berbuat apa Kepala suku? (Menoleh kearah Kepala suku)
Kepala
Suku : Kita harus mela…
(terhenti)
Tiba-tiba pembicaraan mereka
terpotong, karena melihat kedatangan suku Kabbi dengan wajah yang sangar
disertai senjata di genggaman mereka.
Ara : Aaaaaaa!!! Apa
yang harus kita lakukan?! Bagaimana ini?? Bagaimana ini?? (bingung dan panik)
Priba : Ara! Kau ini! “Bagai
banteng ketaton!”
Ara : Apa itu
artinya?? (semakin bingung)
Hasa : Mengamuk dengan
hebatnya! (menjawab ketidak pahaman Ara)
Ara : Hah?! ♪ Sakitnya
tu di sini, di dalam hatiku. ♪
(bernyanyi dengan nada melayu)
Tiba-tiba senjata dari suku Kabbi
melayang ke arah suku Meiro. Untung senajata tajam tersebut tidak mengenai
orang-orang di suku Meiro. Akan tetapi, Kapala suku tidak tinggal diam.
Kepala suku Meiro :
Hei suku Kabbi! (sambil menunjuk kea rah suku Kabbi)
Apa yang
kalian inginkan dari suku kami!
Kepala
suku Kabbi : Kami ingin menghancurkan
kesejahteraan kalian. (dengan nada tinggi dan wajah menantang)
Priba : Kalian ini! Ibaratkan
pribahasa. Yaitu, “bangau-bangau aku minta leher, badak-badak aku minta daging.”
Suku
Kabbi : Artinya???
(bertanya serempak)
Hasa : Perihal orang
yang iri jabatan atau kekayaan orang lain.
Harun : Mereka betul.
Sebaiknya kita kembali. (membenarkan kata suku Meiro)
Kepala
suku Kabbi : Apa –apaan kau ini
Harun?! Kita harus tetap menyerang mereka! Dengan sekuat tanaga!(menunjuk
kearah langit)
Akhirnya, kedua suku mempersiapkan kekuatan
dan senjata mereka masing-masing untuk melakukan serangan. Harun hanya diam tak
berdaya, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tetapi kekuatan doa selalu ia
sertakan. Peperangan pun terjadi di
awalinya serangan dari suku Kabbi.
Suku
Kabbi : Jurus tombak
maut sakti ampuh mujarab!!! (memutar-mutar tombak kemudian meluncurkannya
kearah suku Meiro)
Tetapi serangan tersebut dapat
dilumpuhkan dengan baik oleh Suku Meiro. Merekan pun melakukan serangan balik
dengan memberikan jurus yang tak kalah hebatnya.
Suku
Meiro : Kekuatan
pelangi warna warni indah berseri bertubi tubi!!! (diarahkan ke suku Kabbi)
Kepala
suku Meiro : Ciiaaaah! (menodongkan
tangan kearah suku Kabbi)
Priba
dan Hasa : Triiiing!
(menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
Ara
dan Inai : Duaaaar!
(menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
Jingga
dan Pinang : Jelegaaar!
(menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
Suku Kabbi tak berdaya, mereka semua
jatuh tergeletak terkecuali Harun. Tenyata kekuatan murni dari suku Meiro hanya
dapat melumpuhkan kekuatan dengki dan
iri dari suku Kabbi.
Kepala
Suku Kabbi : Ampuni kami! Kami tahu
kami sudah salah. Kami hanya iri akan kemakmuran dan kesejahteraan hidup
kalian. Kami hanya ingin hal itu juga menyertai hidup kami. Maafkan kami,
seharusnya kami tidak melakukan hal semacam ini. (sambil bersujud meminta maaf)
Burhan,
Anja, dan Birah : Maafkan kami..
Maafkan kami.. (dengan wajah memelas)
Harun : Aku juga minta
maaf (dengan senyum sumringah)
Jingga : Kami pasti
memaafkan kalian semua. Iya kan? (menoleh ke arah suku Meiro)
Kepala
Suku Meiro : Tentu saja. Tapi, ada
satu hal yang harus kalian ketahui. Biasanya dalam suatu peperangan jika
pemimpinya sudah ditaklukkan, maka semua anak buahnya akan menyerah. Apakah
kalian juga seperti itu? (berbicara dengan arif dan bijaksana)
Burhan,
Anja, dan Birah : Tidak! (dengan
serempak)
Anja : Kami memang
meminta maaf dengan tulus.
Birah : setulus tulus
tulus tulus tulus hati kami. (tersenyum penuh maaf)
Burhan : Banyak sekali
tulusnya. Tapi memang begitu kenyataannya.
Pinang : Waaah! Senangnya
kalau semuanya berakhir dengan damai. (terseyum manis sambil melompat
kegirangan)
Akhirnya, kedua suku tersebut
berdamai. Tak ada lagi perselisihan diantara mereka. Dan lebihnya lagi, Kepala
suku Meiro dan Kepala Suku Kabbi membuat keputusan yang mengejutkan.
Kepala
suku Meiro : Perhatian semuanya.
Saya dan kepala suku Kabbi telah membuat keputusan untuk menyatukan kedua suku
kita agar bisa saling membantu dan bekerja sama dalam hal yang baik.
Kepala
suku Kabbi : Dengan itu nama suku
kita telah berganti menjadi suku Super Makmur! Setuju???!!!
Semua : Setujuuu!!!!
Inai : Priba! Hasa!
Mana kata-kata mutiara kalian?? (sambil tertawa kecil)
Priba
:Inai, kamu
jangan seperti “Kura-kura dalam perahu.”
Hasa : Artinya pura-pura
tidak tahu. Jadi kamu jangan pura-pura tidak tahu, kata-kata mutiara kami pasti
akan selalu ada. Hehe..
Inai : hee, okelah
okelah.
Priba : Dari kejadian
ini aku jadi ingat peribahasa “Kusut diselesaikan, keruh di perjernih”
Hasa : Artinya, selesaikanlah
perselisihan dengan cara musyawarah dan damai. (Dengan senyuman mengembang).
Ara : Aku juga punya
pribahasa!
Priba
dan Hasa : Apa itu?
(penasaran)
Ara : “Bak ayam
goreng tidak berbumbu”
Priba
dan Hasa : Artinya? (semakin
penasaran)
Ara : Tentu saja tak
enak ayam goreng itu. (tertawa lepas)
Priba
dan Hasa : Dasar Ara!
Semua : ahahahahahahah
(tertawa bahagia)
Semua berakhir bahagia. Kini, hanya
ada satu suku yang tinggal di pulau ini. Kebahagiaan, kemakmuran, dan
kesejahteraan akan terus di bangun demi terciptanya kedamaian yang abadi.
*SELESAI* ┗(^0^)┓
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHai terimakasih ya atas teks drama ini, berkat teks drmaa ini saya dan kelompok dapat menjadi juaranya maaf ya baru bisa komen sekarang sebenar nya dulu waktu sya Kls 2 smp memakai naskah drama ini, sekarang sudah sekitar 3 tahun yang lalu
ReplyDeleteTerimakasih banyak ya atas naskah drama yang sangat menarik ini