Friday, December 5, 2014

drama 13 orang pemain "pahit dahulu manis kemudian"

ini salah satu drama yang pernah gue dan teman teman gue pentaskan waktu itu.
drama ini berjumlah 13 pemain. oke check this out ;)



Naskah Drama
IX.C
Kelompok 1
Nama Pemeran/pelaku cerita:
Adinda Salsabila sebagai Ara
Derra Fitria sebagai Narator
Ghizella Ayu Nianda sebagai Pinang
Gian Dwi Agustiawan sebagai Kepala suku Kabbi
Indah Lestari sebagai Jingga
Marindia Wulandari sebagai Priba
Mefta Citra Ayu sebagai Hasa
Mitha Dwi Ramadhini sebagai Inai
M. Fadhli sebagai Anja
M. Reyhan Amanda sebagai Birah
M. Taufik Rahman sebagai Harun
Renza Fibiantika sebagai Kepala suku Meiro
Yogi Setiawan sebagai Burhan
Suku Meiro :
Kepala suku Meiro, Priba, Hasa, Ara, Inai, Jingga, dan Pinang.
Suku Kabbi :
Kepala suku Kabbi, Birah, Burhan, Anja, dan Harun.

Pahit Dahulu Manis Kemudian
Di sebuah pulau kecil, hiduplah dua kelompok suku. Yakni, suku Meiro dan suku Kabbi. Akan tetapi, kedua suku tersebut tak pernah menjalin hubungan yang harmonis, kerukunan menjadi suatu hal yang sulit untuk diwujudkan. Suku Kabbi selalu iri akan kemakmuran dan kesejahteraan suku Meiro. Karena itulah suku Kabbi selalu berusaha untuk menghancurkan Suku Meiro.
          Pada suatu siang, terjadilah percakapan kecil diantara suku Kabbi.
Kepala Suku Kabbi       : Lama kelamaan suku kita semakin sengsara, sedangkan suku Meiro semakin makmur dan sejahtera. (menampakkan ekspresi iri dan muak)
Burhan                           : Kita harus melakukan sesuatu kepala suku! (tersenyum licik)
Birah                              : Kita harus menyerang suku Meiro, secepat mungkin bahkan bila perlu sekarang juga kita menyerang mereka.(sambil menepuk sebelah tangan dikepal)
Anja                               : Ayo kita siapkan semua senjata untuk menyerang mereka! (mengajak semuanya)
Harun                            : Jangan! Sebaiknya jangan kita lakukan. Itu perbuatan yang tercela. (Berusaha mencegah)
Kepala Suku Kabbi       : Sudahlah! Jangan dengarkan dia, kita harus tetap melakukan penyerangan terhadap suku Meiro.
          Suku Kabbi pun mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menyerang suku Meiro. Akan tetapi, ternyata pembicaraan suku Kabbi diam-diam di dengar oleh salah satu anggota suku Meiro.
          Kemudian, terjadilah pula percakapan diantara suku Meiro. Diawali dengan teriakan seseorang dari kejauhan.
Hasa                              : Pribaaa! Araa! Inaai! (memanggil dari kejauhan sambil berlari dan melambaikan tangan)
Priba, Ara, dan Inai       : Kenaapa??? (Dengan wajah bingung sambil meraut potongan bambu)
Hasa                              : Karenaa.. Susunya tiga kali le… ah sudah sudah! Ini bukan waktunya untuk bercanda. Kalian sedang apa?! Di saat genting seperti ini kalian malah bergelut dengan bambu.
Priba                              : Memangnya ada apa Hasa? Apakah terjadi sesuatu???
Hasa                              : Aku dengar, suku Kabbi akan menyerang kita! (berwajah serius)
Ara                                : Apaaaa???!!! (langsung berdiri dari duduknya)
Inai                                : Kenapa bisa seperti itu?! Apa kita pernah mengusik mereka??? (bingung dan masih tidak percaya)
Hasa                              : Aku tidak tahu. Sebaiknya kita panggil dan beritahu Kepala Suku.
Priba, Hasa, Ara, Inai    : Keepaalaa Suukuuu… Keepaalaa Sukuuu…
          Tak lama kemudian, Kepala suku datang bersama Jingga dan Pinang.
Kepala Suku                            : Ada apa kalian mremanggilku???
Jingga                            : Apakah terjadi sesuatu, kenapa wajah kalian semua ketakutan? (merasa heran sambil menggaruk tengkuk lehar)
Pinang                            : Apa ada kabar yang tidak mengenakkan?
Hasa                              : Ada kabar buruk. Kami dengar suku Kabbi akan menyerang kita semua.
Pinang                            : Apa?! Jadi kita harus berbuat apa Kepala suku? (Menoleh kearah Kepala suku)
Kepala Suku                  : Kita harus mela… (terhenti)
          Tiba-tiba pembicaraan mereka terpotong, karena melihat kedatangan suku Kabbi dengan wajah yang sangar disertai senjata di genggaman mereka.
Ara                                : Aaaaaaa!!! Apa yang harus kita lakukan?! Bagaimana ini?? Bagaimana ini?? (bingung dan panik)
Priba                              : Ara! Kau ini! “Bagai banteng ketaton!”
Ara                                : Apa itu artinya?? (semakin bingung)
Hasa                              : Mengamuk dengan hebatnya! (menjawab ketidak pahaman Ara)
Ara                                 : Hah?! Sakitnya tu di sini, di dalam hatiku.
 (bernyanyi dengan nada melayu)
          Tiba-tiba senjata dari suku Kabbi melayang ke arah suku Meiro. Untung senajata tajam tersebut tidak mengenai orang-orang di suku Meiro. Akan tetapi, Kapala suku tidak tinggal diam.
Kepala suku         Meiro         : Hei suku Kabbi! (sambil menunjuk kea rah suku Kabbi)
                                      Apa yang kalian inginkan dari suku kami!
Kepala suku Kabbi        : Kami ingin menghancurkan kesejahteraan kalian. (dengan nada tinggi dan wajah menantang)
Priba                              : Kalian ini! Ibaratkan pribahasa. Yaitu, “bangau-bangau aku minta leher, badak-badak aku minta daging.”
Suku Kabbi                    : Artinya??? (bertanya serempak)
Hasa                              : Perihal orang yang iri jabatan atau kekayaan orang lain.
Harun                            : Mereka betul. Sebaiknya kita kembali. (membenarkan kata suku Meiro)
Kepala suku Kabbi        : Apa –apaan kau ini Harun?! Kita harus tetap menyerang mereka! Dengan sekuat tanaga!(menunjuk kearah langit)
          Akhirnya, kedua suku mempersiapkan kekuatan dan senjata mereka masing-masing untuk melakukan serangan. Harun hanya diam tak berdaya, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tetapi kekuatan doa selalu ia sertakan.  Peperangan pun terjadi di awalinya serangan dari suku Kabbi.
Suku Kabbi                    : Jurus tombak maut sakti ampuh mujarab!!! (memutar-mutar tombak kemudian meluncurkannya kearah suku Meiro)
          Tetapi serangan tersebut dapat dilumpuhkan dengan baik oleh Suku Meiro. Merekan pun melakukan serangan balik dengan memberikan jurus yang tak kalah hebatnya.
Suku Meiro                    : Kekuatan pelangi warna warni indah berseri bertubi tubi!!! (diarahkan ke suku Kabbi)
Kepala suku Meiro        : Ciiaaaah! (menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
Priba dan Hasa              : Triiiing! (menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
Ara dan Inai                   : Duaaaar! (menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
Jingga dan Pinang          : Jelegaaar! (menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
          Suku Kabbi tak berdaya, mereka semua jatuh tergeletak terkecuali Harun. Tenyata kekuatan murni dari suku Meiro hanya dapat  melumpuhkan kekuatan dengki dan iri dari suku Kabbi.
Kepala Suku Kabbi       : Ampuni kami! Kami tahu kami sudah salah. Kami hanya iri akan kemakmuran dan kesejahteraan hidup kalian. Kami hanya ingin hal itu juga menyertai hidup kami. Maafkan kami, seharusnya kami tidak melakukan hal semacam ini. (sambil bersujud meminta maaf)
Burhan, Anja, dan Birah         : Maafkan kami.. Maafkan kami.. (dengan wajah memelas)
Harun                            : Aku juga minta maaf (dengan senyum sumringah)
Jingga                            : Kami pasti memaafkan kalian semua. Iya kan? (menoleh ke arah suku Meiro)
Kepala Suku Meiro        : Tentu saja. Tapi, ada satu hal yang harus kalian ketahui. Biasanya dalam suatu peperangan jika pemimpinya sudah ditaklukkan, maka semua anak buahnya akan menyerah. Apakah kalian juga seperti itu? (berbicara dengan arif dan bijaksana)
Burhan, Anja, dan Birah         : Tidak! (dengan serempak)
Anja                               : Kami memang meminta maaf dengan tulus.
Birah                              : setulus tulus tulus tulus tulus hati kami. (tersenyum penuh maaf)
Burhan                           : Banyak sekali tulusnya. Tapi memang begitu kenyataannya.
Pinang                            : Waaah! Senangnya kalau semuanya berakhir dengan damai. (terseyum manis sambil melompat kegirangan)
          Akhirnya, kedua suku tersebut berdamai. Tak ada lagi perselisihan diantara mereka. Dan lebihnya lagi, Kepala suku Meiro dan Kepala Suku Kabbi membuat keputusan yang mengejutkan.
Kepala suku Meiro        : Perhatian semuanya. Saya dan kepala suku Kabbi telah membuat keputusan untuk menyatukan kedua suku kita agar bisa saling membantu dan bekerja sama dalam hal yang baik.
Kepala suku Kabbi        : Dengan itu nama suku kita telah berganti menjadi suku Super Makmur! Setuju???!!!
Semua                            : Setujuuu!!!!
Inai                                : Priba! Hasa! Mana kata-kata mutiara kalian?? (sambil tertawa kecil)
Priba                              :Inai, kamu jangan seperti “Kura-kura dalam perahu.”
Hasa                              : Artinya pura-pura tidak tahu. Jadi kamu jangan pura-pura tidak tahu, kata-kata mutiara kami pasti akan selalu ada. Hehe..
Inai                                : hee, okelah okelah.
Priba                              : Dari kejadian ini aku jadi ingat peribahasa “Kusut diselesaikan, keruh di perjernih”
Hasa                              : Artinya, selesaikanlah perselisihan dengan cara musyawarah dan damai. (Dengan senyuman mengembang).
Ara                                : Aku juga punya pribahasa!
Priba dan Hasa              : Apa itu? (penasaran)
Ara                                : “Bak ayam goreng tidak berbumbu”
Priba dan Hasa              : Artinya? (semakin penasaran)
Ara                                : Tentu saja tak enak ayam goreng itu. (tertawa lepas)
Priba dan Hasa              : Dasar Ara!
Semua                            : ahahahahahahah (tertawa bahagia)
          Semua berakhir bahagia. Kini, hanya ada satu suku yang tinggal di pulau ini. Kebahagiaan, kemakmuran, dan kesejahteraan akan terus di bangun demi terciptanya kedamaian yang abadi.
*SELESAI* (0)

          

sahabat ku icha :D


hai guys ini dia salah satu sahabat gue yang paling gue sayang :). Nama nya Oktaviani Nurainisa atau biasa dipanggil icha ^^ . dia ini sahabat gue yang paling cerewet dan jail diantara 3 sahabat gue. tapi walaupun dia cerewet dan jail gue tetep sayang banget sama dia. dia yang selalu dengerin semua tentang curhatan gue, ya walaupun kadang kadang curhatnya tentang itu itu mulu -,- tapi dia gak pernah bosan buat dengerin semua cerita gue :)

Thanks my best friend :)